Share Pelajaran dulu yaahhh,,
ini salah satu matapelajaran kuliahku, sebut aja kombis (komunikasi agribisnis). hehe....semoga bermanfaat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi diantara dua orang atau lebih dengan harapan terjadinya pengaruh yang positif atau menimbulkan efek tertentu yang diharapkan. Komunikasi adalah persepsi dan apresiasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam konunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi.
Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalan suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinannya guru tidak datang mengajar. Akibatnya, murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981). Untuk memahami komunikasi ini dengan mudah, perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi. Disadari ataupun tidak, setiap hari kita melakukan. Komunikasi sering dianggap sebagai suatu kejadian otomatis dan terjadi begitu saja, sehingga seringkali kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya secara efektif.
Aktivitas komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif serta menjadi pendengar yang baik. Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rumusan Masalah
2.1.1 Tantangan Kompetensi
Komunikasi Bisnis Di Masa Depan
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan
keterampilan yang penting dalam hidup manusia. Unsur yang paling penting dalam
berkomunikasi adalah bukan sekedar apa yang kita tulis atau yang kita katakan,
tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima
pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat yang disampaikan
tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi
yang efektif adalah karakter kokoh yang dibangun dari fondasi etika serta
integritas pribadi yang kuat. Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang,
betapapun unggulnya sebuah tim atau seberapapun kuatnya kasus hukum,
keberhasilan tidak akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang
efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif akan berperan besar
dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat melakukan
komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau informasi
yang baik, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan
menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat
penting. Komunikasi seringkali terganggu atau bahkan dapat menjadi buntu sama
sekali. Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi, dapat
dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut :
1.
Hambatan Teknis
Hambatan
jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap
kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan
baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran
komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
2.
Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses
penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik adalah studi
atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas,
akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi. Untuk
menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta
melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap
kata-kata yang digunakannya.
3.
Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah
pribadi yang dihadapi oleh orang - orang yang terlibat dalam komunikasi, baik
komunikator maupun komunikan.
2.1.2 Kebutuhan Informasi Pada sistem
Agribisnis
Sistem Agribisnis umunya dibagi menjadi lima subsistem,
yaitu subsistem penyedia sarana produksi, usahatani atau kegiatan on-farm
(produksi primer), pengolahan (produksi sekunder), jasa dan pengolahan
(produksi tersier), dan sisi permintaan pasar atau konsumen, baik luar maupun
dalam negeri. Kelima subsitem agribisnis ini adalah yang dinamakan
sistem pelaku agribisnis, karena merupakan pembagian subsistem berdasarkan
peranan pelakunya dalam membentuk keseluruhan sistem.
Setiap subsistem agribisnis didukung oleh berbagai pihak
yang terlibat di dalamnya. Subsistem penyedia sarana produksi diperankan oleh
para penangkar dan penghasil benih/bibit, serta para produsen pupuk,
obat-obatan pertanian. Subsistem produksi primer diperankan seluruhnya oleh
para petani. Subsistem pengolahan terdiri dari para pelaku agroindustri baik
industri kecil, sedang, sampai dengan yang tingkat perusahaan multi nasional.
Subsistem jasa dan pemasaran diperankan oleh para pedagang dan bandar, kemudian
distributor sampai dengan para pengecer dan kios. Sedangkan, subsistem terakhir
(hilir) terdiri dari para konsumen produk pertanian, baik berupa hasil segar
maupun olahan di dalam dan luar negeri.
Adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antar subsistem
agribisnis sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan pengembangan
agribisnis. Tidak berjalannya koordinasi antar subsistem bisa menjadi titik
rawan dan simpul-simpul lemah bagi keseluruhan sistem. Dalam hal ini,
ketersediaan informasi sangat besar peranannya dalam mendukung komunikasi dan
koordinasi antar subsistem yang lancar. Di negara maju, untuk menjamin
lancarnya informasi dan terjadinya koordinasi yang baik antar subsistem
seringkali dilakukan integrasi vertikal dimana beberapa subsistem yang
dirasakan memiliki potensi penyebab terjadinya biaya transaksi tinggi akhirnya
seringkali diakuisisi kedalam sebuah perusahan korporasi agribisnis yang besar.
Di Indonesia, idealnya jembatan komunikasi antar subsistem ini dikembangkan
dalam bentuk kemitraan yang setara antar pelaku agribisnis yang memiliki
kompetensi berbeda sehingga akhirnya bisa terbentuk suatu sistem koordinasi
vertikal yang efektif dan efisien. Perbedaan antara integrasi vertikal dengan koordinasi
vertikal adalah dalam hal kepemilikan. Terjadinya integrasi vertikal akan
mendukung tumbuhnya pelaku agribisnis yang besar. Sedangkan koordinasi vertikal
akan memberikan lebih banyak kesempatan pada pelaku-pelaku agribisnis yang
kecil termasuk para petani untuk tetap berperan dalam keseluruhan sistem
agribisnis.
2.1.3 Permasalahan Yang Dihadapi Dan Kemungkinan
Solusi
Konsep ideal sistem agribisnis dalam penerapannya dilapangan
banyak sekali memperoleh permasalahan dan hambatan. Menteri Pertanian RI, Prof
Dr.Bungaran Saragih, adalah salah seorang pemikir dan pendekar dari pemikiran
agribisnis di Indonesia. Tapi pada kenyataannya setelah tiga tahun beliau
menjadi menteri, permasalahan yang dihadapi petani dan para pelaku agribisnis
lainnya masih tetap kurang lebih sama dengan sebelumnya. Hal ini memperlihatkan
betapa tidak sederhananya membangun pertanian, berbeda dengan membangun
industri, karena sangat banyaknya pelaku yang terlibat dan kompleksnya
permasalahan yang dihadapi.
Masalah pertama adalah kurang berkembangnya agro industri
sehingga terlalu banyaknya produk yang dipasarkan dalam bentuk komoditas
pertanian segar, menyebabkan terlalu dominannya peranan pasar tradisional.
Dengan demikian yang memiliki peranan dominan saat ini adalah terpusat pada
subsistem jasa dan pemasaran (produksi tersier), utamanya untuk pemasaran masih
dalam bentuk produk segar melalui jaringan pasar induk dan pasar-pasar
tradisional. Dominasi ini menyebabkan permasalahan pada lumpuhnya arus
informasi, karena untuk melanggengkan dominasinya pihak yang diuntungkan merasa
harus juga melakukan kontrol terhadap arus informasi.
Akibatnya komunikasi dan informasi hanya beredar diantara
subsistem jasa dan pemasaran, pengolahan dengan pasar konsumen. Sementara dua
subsistem lainnya yaitu subsistem produksi (on-farm) dan penyediaan sarana
produksi menjadi terkucil dan terisolasi dari pasar (Natawidjaja, 2001a).
Informasi pasar pada petani menjadi tidak ada artinya karena mereka terpisah
dari pasar kompetitif. Demikian pula bagi penangkar dan penyedia benih/bibit
informasi tentang produk mana yang banyak dimita pasar menjadi tidak jelas
sehingga menyulitkan pengembangan perbenihan komoditas unggulan. Masalah ini
merupakan titik paling rawan penyebab macetnya pengembangan agribisnis nasional,
disamping juga masalah-masalah lain yang juga semakin memperberat
Masalah kedua, sebagian besar pelaku agribisnis saat ini
bertumpuk pada susbsistem primer (on-farm) yang diperankan oleh para petani
dengan jumlah yang banyak dengan kepemilikan lahan yang sempit, permodalan yang
lemah teknologi rendah dan informasi yang sedikit. Sehingga walaupun jumlah
pelakunya paling banyak tapi peranannya dalam menentukan jalannya keseluruhan
sistem sebetulnya sangat kecil. Karena lemahnya informasi dari pasar, akibatnya
petani menjadi tidak terdorong untuk mengadopsi teknologi karena tingkat
insentif yang rendah dan resiko yang sangat besar. Karena petani jumlahnya
banyak dan tidak terkoordinasi dengan baik pola penanamannya, hal ini telah
mendorong sangat berfluktuasinya harga di pasar yang disebabkan sering
terjadinya kelebihan produksi.
Masalah ketiga, belum jelasnya peranan sistem koordinator
dalam hal ini pemerintah, perguruan tinggi, lembaga litbang dan lembaga
keuangan pada keseluruhan sistem agribisnis, sehingga fungsi pembina dan pemadu
dari sistem koordinator belum bisa dijalankan dengan baik. Salah satu sebabnya
adalah karena pada masa Orde Baru, peranan pemerintah sangat dominan. Pada era
tersebut pemerintah telah menjadi komunikator berbagai pihak yang terlibat pada
sistem agribisnis dan menjadi komando dari keseluruhan sistem agribisnis,
terutama tanaman pangan. Ada dua subsistem agribisnis yang didominasi oleh
pemerintah pada masa itu, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan jasa
pemasaran (BULOG). Pemerintah pada saat itu banyak melakukan modifikasi dan
peran antara dengan berbagai pihak, termasuk dengan perguruan tinggi dan
lembaga keuangan. Sehingga, pada saat pemerintah menarik diri dari peran
tersebut maka seluruh sistem seakan-akan kehilang arah dan dalam kebingungan.
Ketiga masalah diatas memperlihatkan adanya permasalahan
yang sangat mendasar pada sistem komunikasi dan arus informasi yang
menguhungkan berbagai subsistem pelaku agribisnis dan sistem komunikasi dan
arus informasi yang menghubungkan sistem pelaku dengan sistem koordinator.
Usaha untuk mengembangkan agribisnis nasional harus terlebih dahulu bisa
mengatasi dan turut menyelesaikan tiga permasalahan utama yang cukup berat
tersebut. Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan agribisnis
nasional yang kuat utamanya terletak pada titik rawan antar subsistem dan
kurang menunjangnya sistem koordinator dimana didalamnya terlibat pihak
pemerintah dan perguruan tinggi. Sehingga pemikiran dan usaha untuk mencari
solusi dari dukungan jaringan sistem informasi digital untuk memperkuat
koordinasi vertikal antar subsitem agribisnis dan komunikasinya dengan sistem
koordinator adalah merupakan tantangan bagi Indonesian Digital Library Network
(IDLN) dalam keikutsertaannya mewujudkan masyarakat mandiri berbasis informasi
agar bisa dinikmati juga oleh masyarakat pertanian yang sebagian besar tinggal
di pelosok pedesaan, paling tidak dalam bentuk riil tingkat kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik.
Pada saat aktivitas kegiatan pertanian ini diusahakan dengan
jumlah produksi yang melebihi dari kebutuhan penduduk suatu daerah atau negara,
maka perhatian tidak saja harus ditujukan kepada bagaimana memproduksinya, tapi
juga sudah harus diperhitungkan keterkaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain
yang menunjang seperti penyediaan kebutuhan input, pemanenan, penyimpanan,
pengolahan, serta pemasaran hasilnya. Jadi tidak lagi hanya memperhatikan sisi
produksinya saja, tapi juga pemikiran bagaimana mengusahakannya sebagai suatu
bisnis yang bisa memberikan kemakmuran pada petani dan masyarakat secara umum. Karena
agribisnis adalah suatu sistem, maka didalamnya banyak sekali terkait
faktor-faktor dan pihak-pihak yang sangat berperan terhadap keberhasilan
pengembangannya. Disinilah peranan sistem informasi menjadi sangat penting,
karena merupakan penghubung dan penyelaras berbagai komponen dari sistem
tersebut agar terjadi komunikasi dan koordinasi yang efektif dan efisien.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Konsep Dasar Peranan
Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam
kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam
masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat
dalam konunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri
begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik
suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula
sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan
berantakan. Misalnya bila dalan suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi
informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur
semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru,
maka besar kemungkinannya guru tidak dating mengajar. Akibatnya, murid-murid
tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah
memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya komunikasi
dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu
dalam pelaksanaan tugasnya. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua
organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator
dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka.
Untuk memahami komunikasi ini dengan mudah, perlu terlebih dahulu mengetahui
konsep-konsep dasar komunikasi.
2.2.2 Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini.
Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu
mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat
disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Keempat tujuan tersebut
adalah :
a. Menemukan salah
satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila
anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain
juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar
dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang
lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi. Dengan
berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan
balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari
perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata
tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu
kita merasa “normal.” Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah
melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi,
sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita
mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita
dengan orang lain. Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik
diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi
juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar dunia yang dipenuhi objek,
peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media
komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang,
pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang
dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang
kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak
informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya
mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber
ini.
b. Untuk
berhubungan, Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan
dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita
ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan
menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita
untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman
dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda
berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi
dengan mitra kerja.
c. Untuk
meyakinkan, Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah
sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang
diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin
anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan
melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang
pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah,
atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang
berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk
melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima.
Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba
cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku,
rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar,
menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya.
d. Untuk
bermain, Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan
menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film
sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi
kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan
sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya
hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk
mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.
2.2.3 Komponen –
Komponen Komunikasi
1.
Komunikator, yaitu subyek yang menerima pesan informasi atau
berita
2.
Pasan, yaitu berita
3.
Komunikan, yaitu subyek yang menerima pesan yang dituju
4.
Respon, yaitu tanggapan
5.
Media, yaitu alat yang ditunjukan untuk menyampaikan pesan
2.2.4 Komunikasi
Menurut Cara Penyampaian
Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama
lain karena manusia selain makhluk individu juga sekaligus makhluk social yang
memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak semua
orang dapat secara terampil berkomunikasi, oleh karena itu perlu dikenali
berbagai cara penyampaian informasi. Menurut cara penyampaian informasi dapat
dibedakan menjadi :
·
Komunikasi Lisan
-
Yang terjadi secara
langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak dapat bertatap
muka, misalnya dialog dua orang.
-
Yang terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh
jarak, misalnya komunikasi lewat telepon dan sebagainya.
·
Komunikasi Tertulis
-
Naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita
yang bersifat kompleks.
-
Gambar dan foto karena tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata atau kalimat.
Sedangkan
komunikasi menurut kelangsungannya :
§
Komunikasi Langsung.
Proses komunikasi dilaksanakan
secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media komunikasi
yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak.
§
Komunikas Tidak Langsung
Proses komunikasinya dilaksanakan
dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.
Sedangkan
komunikasi menurut perilaku :
Komunikasi menurut prilaku dapat dibedakan menjadi :
1.
Komunikasi Formal
Komunikasi yang terjadi diantara
organisasi / perusahaan yang tata caranya telah diatur dalam struktur
organisasinya, misalnya rapat kerja perusahaan, konferensi, seminar dan
sebagainya.
2.
Komunikasi Informal
Komunikasi yang terjadi dalam suatu
organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan dalam struktur organisasi dan
tidak mendapat pengakuan resmi yang mungkin tidak berpengaruh terhadap
kepentingan organisasi atau perusahaan, misalnya kabar burung, desas-desus, dan
senagainya.
3.
Komunikasi Nonformal
Komunikasi yang terjadi antara
komunikasi yang bersifat formal dan informal, yaitu komunikasi yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan
yang bersifat pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya
rapat tentang ulang tahun perusahaan, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan konsep
agribisnis di Indonesia masih menghadapi kendala dan masalah yang timbul karena
3 masalah utama. Pertama, banyaknya pelaku pada subsistem produksi yang
memiliki banyak permasalahan teknis. Kedua, lemahnya agroindustri sehingga
terlalu tergantung pada pemasaran tradisional. Ketiga, lemahnya peranan serta
tidak jelasnya fungsi pembina dan pemadu dari sistem koordinator (pemerintah, litbang,
perguruan tinggi, dll). Jaringan informasi digital dapat diharapkan untuk bisa
membantu mengatasi masalah dengan memperlancar arus komunikasi dan informasi
antar subsistem pelaku agribisnis dan mendudukan posisi sistem koordinator
berdasarkan fungsi dan kompetensinya. Informasi yang disebarkan antara lain
meliputi informasi bisnis, pengetahuan keilmuan, dan teknologi. Dengan lebih
terbukanya informasi, sistem agribisnis nasional diharapkan bisa lebih
kompetitif dan dinamis perkembangannya dan mampu bersaing dalam era perdagangan
global.
3.2 Saran
Makalah ini
memberikan gambaran secara sekilas tentang apa itu agribisnis dan komponen
informasi apa yang dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan pengembangannya.
Namun pada kenyataanya masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
mewujudkan dukungan informasi yang ideal bagi tumbuhnya agribisnis nasional
yang kuat. Sehingga pemikiran dan usaha untuk mencari solusi untuk turut
membantu mengembangkan agribisnis nasional adalah tantangan yang besar bagi
mahasiswa khususnya. Semoga nantinya bisa menjadi salah satu solusi jalan
keluar bagi mahasiswa untuk memajukan komunikasi agribisnis yang nantinya
dinikmati oleh masyarakat pertanian di pelosok pedesaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel.2012,
Komunikasi yang Efektif, www. sinarharapan.co.id, diakses tanggal 10 Oktober
2012. Malang
Anonymous.2012.http://komunikasibisnis.blogspot.com/2007/08/tantangan-kompetensi-komunikasi-bisnis.html
diakses tanggal 10 Oktober 2012. malang
Deddy, Mulyana.
2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Devito, Joseph, A.
“Komunikasi Antar Manusia” (Edisi Kelima). Professional Books, Jakarta, 1997.
Effendi, Onong
Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.
McQuail, Dennis.
1987. Teori Komunikasi: Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar