Minggu, 04 November 2012

komunikasi agribisnis



Share Pelajaran dulu yaahhh,,
ini salah satu matapelajaran kuliahku, sebut aja kombis (komunikasi agribisnis). hehe....semoga bermanfaat





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi diantara dua orang atau lebih dengan harapan terjadinya pengaruh yang positif atau menimbulkan efek tertentu yang diharapkan. Komunikasi adalah persepsi dan apresiasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam konunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi.

Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalan suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinannya guru tidak datang mengajar. Akibatnya, murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981). Untuk memahami komunikasi ini dengan mudah, perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi. Disadari ataupun tidak, setiap hari kita melakukan. Komunikasi sering dianggap sebagai suatu kejadian otomatis dan terjadi begitu saja, sehingga seringkali kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya secara efektif.

Aktivitas komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif serta menjadi pendengar yang baik. Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rumusan Masalah

2.1.1 Tantangan Kompetensi Komunikasi Bisnis Di Masa Depan
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam hidup manusia. Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekedar apa yang kita tulis atau yang kita katakan, tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat yang disampaikan tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi yang efektif adalah karakter kokoh yang dibangun dari fondasi etika serta integritas pribadi yang kuat. Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim atau seberapapun kuatnya kasus hukum, keberhasilan tidak akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif akan berperan besar dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat penting. Komunikasi seringkali terganggu atau bahkan dapat menjadi buntu sama sekali. Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi, dapat dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut :
1. Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi. Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.
3. Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang - orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.

            2.1.2 Kebutuhan Informasi Pada sistem Agribisnis
Sistem Agribisnis umunya dibagi menjadi lima subsistem, yaitu subsistem penyedia sarana produksi, usahatani atau kegiatan on-farm (produksi primer), pengolahan (produksi sekunder), jasa dan pengolahan (produksi tersier), dan sisi permintaan pasar atau konsumen, baik luar maupun dalam negeri. Kelima subsitem agribisnis ini adalah yang dinamakan sistem pelaku agribisnis, karena merupakan pembagian subsistem berdasarkan peranan pelakunya dalam membentuk keseluruhan sistem.
Setiap subsistem agribisnis didukung oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Subsistem penyedia sarana produksi diperankan oleh para penangkar dan penghasil benih/bibit, serta para produsen pupuk, obat-obatan pertanian. Subsistem produksi primer diperankan seluruhnya oleh para petani. Subsistem pengolahan terdiri dari para pelaku agroindustri baik industri kecil, sedang, sampai dengan yang tingkat perusahaan multi nasional. Subsistem jasa dan pemasaran diperankan oleh para pedagang dan bandar, kemudian distributor sampai dengan para pengecer dan kios. Sedangkan, subsistem terakhir (hilir) terdiri dari para konsumen produk pertanian, baik berupa hasil segar maupun olahan di dalam dan luar negeri.
Adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antar subsistem agribisnis sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan pengembangan agribisnis. Tidak berjalannya koordinasi antar subsistem bisa menjadi titik rawan dan simpul-simpul lemah bagi keseluruhan sistem. Dalam hal ini, ketersediaan informasi sangat besar peranannya dalam mendukung komunikasi dan koordinasi antar subsistem yang lancar. Di negara maju, untuk menjamin lancarnya informasi dan terjadinya koordinasi yang baik antar subsistem seringkali dilakukan integrasi vertikal dimana beberapa subsistem yang dirasakan memiliki potensi penyebab terjadinya biaya transaksi tinggi akhirnya seringkali diakuisisi kedalam sebuah perusahan korporasi agribisnis yang besar. Di Indonesia, idealnya jembatan komunikasi antar subsistem ini dikembangkan dalam bentuk kemitraan yang setara antar pelaku agribisnis yang memiliki kompetensi berbeda sehingga akhirnya bisa terbentuk suatu sistem koordinasi vertikal yang efektif dan efisien. Perbedaan antara integrasi vertikal dengan koordinasi vertikal adalah dalam hal kepemilikan. Terjadinya integrasi vertikal akan mendukung tumbuhnya pelaku agribisnis yang besar. Sedangkan koordinasi vertikal akan memberikan lebih banyak kesempatan pada pelaku-pelaku agribisnis yang kecil termasuk para petani untuk tetap berperan dalam keseluruhan sistem agribisnis.

            2.1.3  Permasalahan Yang Dihadapi Dan Kemungkinan Solusi
Konsep ideal sistem agribisnis dalam penerapannya dilapangan banyak sekali memperoleh permasalahan dan hambatan. Menteri Pertanian RI, Prof Dr.Bungaran Saragih, adalah salah seorang pemikir dan pendekar dari pemikiran agribisnis di Indonesia. Tapi pada kenyataannya setelah tiga tahun beliau menjadi menteri, permasalahan yang dihadapi petani dan para pelaku agribisnis lainnya masih tetap kurang lebih sama dengan sebelumnya. Hal ini memperlihatkan betapa tidak sederhananya membangun pertanian, berbeda dengan membangun industri, karena sangat banyaknya pelaku yang terlibat dan kompleksnya permasalahan yang dihadapi.
Masalah pertama adalah kurang berkembangnya agro industri sehingga terlalu banyaknya produk yang dipasarkan dalam bentuk komoditas pertanian segar, menyebabkan terlalu dominannya peranan pasar tradisional. Dengan demikian yang memiliki peranan dominan saat ini adalah terpusat pada subsistem jasa dan pemasaran (produksi tersier), utamanya untuk pemasaran masih dalam bentuk produk segar melalui jaringan pasar induk dan pasar-pasar tradisional. Dominasi ini menyebabkan permasalahan pada lumpuhnya arus informasi, karena untuk melanggengkan dominasinya pihak yang diuntungkan merasa harus juga melakukan kontrol terhadap arus informasi.
Akibatnya komunikasi dan informasi hanya beredar diantara subsistem jasa dan pemasaran, pengolahan dengan pasar konsumen. Sementara dua subsistem lainnya yaitu subsistem produksi (on-farm) dan penyediaan sarana produksi menjadi terkucil dan terisolasi dari pasar (Natawidjaja, 2001a). Informasi pasar pada petani menjadi tidak ada artinya karena mereka terpisah dari pasar kompetitif. Demikian pula bagi penangkar dan penyedia benih/bibit informasi tentang produk mana yang banyak dimita pasar menjadi tidak jelas sehingga menyulitkan pengembangan perbenihan komoditas unggulan. Masalah ini merupakan titik paling rawan penyebab macetnya pengembangan agribisnis nasional, disamping juga masalah-masalah lain yang juga semakin memperberat
Masalah kedua, sebagian besar pelaku agribisnis saat ini bertumpuk pada susbsistem primer (on-farm) yang diperankan oleh para petani dengan jumlah yang banyak dengan kepemilikan lahan yang sempit, permodalan yang lemah teknologi rendah dan informasi yang sedikit. Sehingga walaupun jumlah pelakunya paling banyak tapi peranannya dalam menentukan jalannya keseluruhan sistem sebetulnya sangat kecil. Karena lemahnya informasi dari pasar, akibatnya petani menjadi tidak terdorong untuk mengadopsi teknologi karena tingkat insentif yang rendah dan resiko yang sangat besar. Karena petani jumlahnya banyak dan tidak terkoordinasi dengan baik pola penanamannya, hal ini telah mendorong sangat berfluktuasinya harga di pasar yang disebabkan sering terjadinya kelebihan produksi.
Masalah ketiga, belum jelasnya peranan sistem koordinator dalam hal ini pemerintah, perguruan tinggi, lembaga litbang dan lembaga keuangan pada keseluruhan sistem agribisnis, sehingga fungsi pembina dan pemadu dari sistem koordinator belum bisa dijalankan dengan baik. Salah satu sebabnya adalah karena pada masa Orde Baru, peranan pemerintah sangat dominan. Pada era tersebut pemerintah telah menjadi komunikator berbagai pihak yang terlibat pada sistem agribisnis dan menjadi komando dari keseluruhan sistem agribisnis, terutama tanaman pangan. Ada dua subsistem agribisnis yang didominasi oleh pemerintah pada masa itu, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan jasa pemasaran (BULOG). Pemerintah pada saat itu banyak melakukan modifikasi dan peran antara dengan berbagai pihak, termasuk dengan perguruan tinggi dan lembaga keuangan. Sehingga, pada saat pemerintah menarik diri dari peran tersebut maka seluruh sistem seakan-akan kehilang arah dan dalam kebingungan.
Ketiga masalah diatas memperlihatkan adanya permasalahan yang sangat mendasar pada sistem komunikasi dan arus informasi yang menguhungkan berbagai subsistem pelaku agribisnis dan sistem komunikasi dan arus informasi yang menghubungkan sistem pelaku dengan sistem koordinator. Usaha untuk mengembangkan agribisnis nasional harus terlebih dahulu bisa mengatasi dan turut menyelesaikan tiga permasalahan utama yang cukup berat tersebut. Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan agribisnis nasional yang kuat utamanya terletak pada titik rawan antar subsistem dan kurang menunjangnya sistem koordinator dimana didalamnya terlibat pihak pemerintah dan perguruan tinggi. Sehingga pemikiran dan usaha untuk mencari solusi dari dukungan jaringan sistem informasi digital untuk memperkuat koordinasi vertikal antar subsitem agribisnis dan komunikasinya dengan sistem koordinator adalah merupakan tantangan bagi Indonesian Digital Library Network (IDLN) dalam keikutsertaannya mewujudkan masyarakat mandiri berbasis informasi agar bisa dinikmati juga oleh masyarakat pertanian yang sebagian besar tinggal di pelosok pedesaan, paling tidak dalam bentuk riil tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Pada saat aktivitas kegiatan pertanian ini diusahakan dengan jumlah produksi yang melebihi dari kebutuhan penduduk suatu daerah atau negara, maka perhatian tidak saja harus ditujukan kepada bagaimana memproduksinya, tapi juga sudah harus diperhitungkan keterkaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain yang menunjang seperti penyediaan kebutuhan input, pemanenan, penyimpanan, pengolahan, serta pemasaran hasilnya. Jadi tidak lagi hanya memperhatikan sisi produksinya saja, tapi juga pemikiran bagaimana mengusahakannya sebagai suatu bisnis yang bisa memberikan kemakmuran pada petani dan masyarakat secara umum. Karena agribisnis adalah suatu sistem, maka didalamnya banyak sekali terkait faktor-faktor dan pihak-pihak yang sangat berperan terhadap keberhasilan pengembangannya. Disinilah peranan sistem informasi menjadi sangat penting, karena merupakan penghubung dan penyelaras berbagai komponen dari sistem tersebut agar terjadi komunikasi dan koordinasi yang efektif dan efisien.

2.2 Pembahasan

            2.2.1 Konsep Dasar Peranan Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam konunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan. Misalnya bila dalan suatu sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinannya guru tidak dating mengajar. Akibatnya, murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Untuk memahami komunikasi ini dengan mudah, perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi.
            2.2.2 Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Keempat tujuan tersebut adalah :
a.       Menemukan salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi. Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa “normal.” Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain. Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b.      Untuk berhubungan, Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.
c.       Untuk meyakinkan, Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya.
d.      Untuk bermain, Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

2.2.3 Komponen – Komponen Komunikasi
1.      Komunikator, yaitu subyek yang menerima pesan informasi atau berita
2.      Pasan, yaitu berita
3.      Komunikan, yaitu subyek yang menerima pesan yang dituju
4.      Respon, yaitu tanggapan
5.      Media, yaitu alat yang ditunjukan untuk menyampaikan pesan
2.2.4 Komunikasi Menurut Cara Penyampaian
Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain karena manusia selain makhluk individu juga sekaligus makhluk social yang memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak semua orang dapat secara terampil berkomunikasi, oleh karena itu perlu dikenali berbagai cara penyampaian informasi. Menurut cara penyampaian informasi dapat dibedakan menjadi :
·          Komunikasi Lisan
-           Yang terjadi secara langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak dapat bertatap muka, misalnya dialog dua orang.
-          Yang terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh jarak, misalnya komunikasi lewat telepon dan sebagainya.
·         Komunikasi Tertulis
-          Naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan berita yang bersifat kompleks.
-          Gambar dan foto karena tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau kalimat.

Sedangkan komunikasi menurut kelangsungannya :
§   Komunikasi Langsung.
Proses komunikasi dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak.
§  Komunikas Tidak Langsung
Proses komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.

Sedangkan komunikasi menurut perilaku :
Komunikasi menurut prilaku dapat dibedakan menjadi :
1.       Komunikasi Formal
Komunikasi yang terjadi diantara organisasi / perusahaan yang tata caranya telah diatur dalam struktur organisasinya, misalnya rapat kerja perusahaan, konferensi, seminar dan sebagainya.
2.      Komunikasi Informal
Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan dalam struktur organisasi dan tidak mendapat pengakuan resmi yang mungkin tidak berpengaruh terhadap kepentingan organisasi atau perusahaan, misalnya kabar burung, desas-desus, dan senagainya.
3.      Komunikasi Nonformal
Komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan informal, yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya rapat tentang ulang tahun perusahaan, dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerapan konsep agribisnis di Indonesia masih menghadapi kendala dan masalah yang timbul karena 3 masalah utama. Pertama, banyaknya pelaku pada subsistem produksi yang memiliki banyak permasalahan teknis. Kedua, lemahnya agroindustri sehingga terlalu tergantung pada pemasaran tradisional. Ketiga, lemahnya peranan serta tidak jelasnya fungsi pembina dan pemadu dari sistem koordinator (pemerintah, litbang, perguruan tinggi, dll). Jaringan informasi digital dapat diharapkan untuk bisa membantu mengatasi masalah dengan memperlancar arus komunikasi dan informasi antar subsistem pelaku agribisnis dan mendudukan posisi sistem koordinator berdasarkan fungsi dan kompetensinya. Informasi yang disebarkan antara lain meliputi informasi bisnis, pengetahuan keilmuan, dan teknologi. Dengan lebih terbukanya informasi, sistem agribisnis nasional diharapkan bisa lebih kompetitif dan dinamis perkembangannya dan mampu bersaing dalam era perdagangan global.

3.2 Saran
Makalah ini memberikan gambaran secara sekilas tentang apa itu agribisnis dan komponen informasi apa yang dibutuhkan dalam menunjang keberhasilan pengembangannya. Namun pada kenyataanya masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan dukungan informasi yang ideal bagi tumbuhnya agribisnis nasional yang kuat. Sehingga pemikiran dan usaha untuk mencari solusi untuk turut membantu mengembangkan agribisnis nasional adalah tantangan yang besar bagi mahasiswa khususnya. Semoga nantinya bisa menjadi salah satu solusi jalan keluar bagi mahasiswa untuk memajukan komunikasi agribisnis yang nantinya dinikmati oleh masyarakat pertanian di pelosok pedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel.2012, Komunikasi yang Efektif, www. sinarharapan.co.id, diakses tanggal 10 Oktober 2012. Malang
Anonymous.2012.http://komunikasibisnis.blogspot.com/2007/08/tantangan-kompetensi-komunikasi-bisnis.html diakses tanggal 10 Oktober 2012. malang
Deddy, Mulyana. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Devito, Joseph, A. “Komunikasi Antar Manusia” (Edisi Kelima). Professional Books, Jakarta, 1997.
Effendi, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.
McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi: Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar